Welcome to Murah Juliana's Blog

Kamis, 13 Desember 2012

PENKAJIAN ABDOMEN



Kemarin tanggal 12 bulan 12 tahun 2012 kelas 1 B Akper Serulingmas belajar melakukan pemeriksaan abdomen bersama ibu cantik, Titi Alfiani S.Kep., Ns. :)
Kurang lebih seperti berikut pembelajarannya,.....
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi.
Secara deskripsi dengan menggunakan  2 garis imajiner yang saling tegak lurus dan masing- masing garis  melalui umbilicus, abdomen dibagi menjadi  4 kuadran, yaitu kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah. Ada juga yang membagi menjadi 3 kuadran yaitu epigastrium, umbilical dan hipogastrik/ suprapubik.
Syarat- syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan pemeriksaan abdomen yaitu :
1.    Pasien dalam keadaan rilek, untuk memudahkan keadaan tersebut antara lain :
a.    Kandung kemih harus kosong
b.    Pasien berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepala dan lutut
c.    Kedua tangan disamping badan atau menyilang dada, jangan meletakan tangan diatas kepala
d.    Gunakan tangan dan stetoskop yang hangat, caranya dengan menggosokkan kedua telapak tangan dan tempelkan stetoskop pada telapak tangan
e.    Pemeriksaan dengan perlahan- lahan
f.    Ajaklah pasien berbicara bila perlu dan mintalah pasien untuk menunjukan daerah nyeri
g.    Perhatikanlah ekspresi dari muka pasien selama pemeriksaan
2.    Daerah abdomen mulai dari prosesus xiphoideus sampai simfisis pubis harus terbuka
3.    Pemeriksa disebelah kanan pasien
A. INSPEKSI ABDOMEN
Cara pemeriksaan
1.    Mintalah pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan di sisi tubuh. Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala untuk melemaskan/ relaksasi otot- otot  abdomen
2.    Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen.
3.    pemeriksa berdirilah pada sisi kanan pasien dan perhatikan kulit dan warna abdomen, bentuk perut, simetrisitas, jaringan parut, luka, pola vena, dan  striae serta bayangan vena dan pergerakkan abnormal.
4.    Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflamasi dari umbilikus.
5.    perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran atau penegangan. Bila abdomen tampak menegang, minta pasien untuk berbalik kesamping dan inspeksi mengenai ada tidaknya pembesaran area antara iga-iga dan panggul, tanyakan kepada pasien apakah abdomen terasa lebih tegang dari biasanya.
6.    Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen dengan memasang tali/ perban seputar abdomen melalui umbilikus. Buatlah simpul dikedua sisi tali/ perban untuk menandai dimana batas lingkar abdomen, lakukan  monitoring, bila terjadi peningkatan perenggangan abdomen, maka jarak kedua simpul makin menjauh
7.    Inspeksi abdomen untuk gerakan pernapasan yang normal.
8.    Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya gerakan peristaltik atau denyutan aortik.
B. AUSKULTASI ABDOMEN
Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakan usus dan adanya gangguan pembuluh darah. Bunyi usus akan terdengar tidak teratur seperti orang berkumur dengan frekwensi 5 – 35 kali permenit. Normal tidak terdengar bunyi vaskuler disekitar aorta, ginjal, iliaka atau femoral, apabila terdapat desiran mungkin suatu aneurisma .
1). Persiapan alat
1.    Stetoskop
2).  Persiapan pasien
1.  jelaskan pada pasien
3). Cara pemeriksaan
1.    Mintalah pasien berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi. Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala
2.    Letakkan kepala stetoskop sisi diapragma yang telah dihangatkan di daerah kuadran kiri bawah. Berikan tekanan ringan, minta pasien agar tidak berbicara. Bila mungkin diperlukan 5 menit terus menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan menentukan tidak adanya bising usus.
3.    Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif, tidak ada bising usus dan perhatikan frekwensi/ karakternya.
4.    Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan dengan sistematis dan dengarkan tiap kuadran abdomen.
5.    Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk mendengarkan bunyi desiran dibagian epigastrik dan pada tiap kuadran diatas arteri aortik, ginjal, iliaka, femoral dan aorta torakal. Pada orang kurus mungkin dapat terlihat gerakan peristaltik usus atau denyutan aorta.
6.    Catat frekuensi bising usus, hiperaktif, hipoaktif atau tidak/ ada bising usus pada kartu status.
c.    PERKUSI ABDOMEN
Lakukan perkusi di empat kuadran dan perhatikan suara yang timbul pada saat melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ dibawah kulit. Organ berongga seperti lambung, usus, kandung kemih berbunyi timpani, sedangkan bunyi pekak terdapat pada hati, limfa, pankreas, ginjal
1. PERKUSI BATAS HATI
1.    Posisi pasien tidur terlentang dan pemeriksa berdirilah disisi kanan pasien
2.    lakukan perkusi pada garis midklavikular kanan setinggi umbilikus, geser perlahan keatas, sampai terjadi perubahan suara dari timpani menjadi pekak, tandai batas bawah hati tersebut.
3.    Ukur jarak antara subcostae kanan kebatas bawah hati.
Batas hati bagian bawah berada ditepi batas bawah tulang iga kanan.Batas hati bagian atas terletak antara celah tulang iga ke 5 sampai ke 7. Jarak batas atas dengan bawah hati berkisar 6 – 12 cm dan pergerakan bagian bawah hati pada waktu bernapas yaitu berkisar 2 – 3 sentimeter
Bersambung…………………….
2. PERKUSI LAMBUNG
1.    Posisi pasien tidur terlentang
2.    Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3.    Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian epigastrium kiri.
4.    Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani
3. PERKUSI GINJAL
1.    Posisi pasien duduk atau berdiri.
2.    Pemeriksa dibelakang pasien
3.    Perkusi sudut kostovertebral di garis skapular dengan sisi ulnar tangan kanan
4.    Normal perkusi tidak mengakibatkan rasa nyeri
D. PALPASI ABDOMEN
1.    Posisi pasien berbaring terlentang dan pemeriksa disebelah kanannya.
2.    Lakukan palpasi ringan di tiap kuadran abdomen dan hindari area yang telah diketahui sebelumnya sebagai titik bermasalah, seperti apendisitis.
3.    Tempatkan tangan pemeriksa diatas abdomen secara datar, dengan jari- jari ekstensi dan berhimpitan serta pertahankan sejajar permukaan abdomen.
4.    Palpasi dimulai perlahan dan hati-hati dari superfisial sedalam 1 cm untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal atau adanya massa.
5.    Bila otot sudah lemas dapat dilakukan palpasi sedalam 2,5 – 7,5 sentimeter, untuk mengetahui keadaaan organ dan mendeteksi adanya massa yang kurang jelas teraba selama palpasi
6.    Perhatikan karakteristik dari setiap massa pada lokasi yang dalam, meliputi ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, nyeri, denyutan dan gerakan
7.    perhatikan wajah pasien selama palpasi untuk melihat adanya tanda/ rasa tidak nyaman.
8.    Bila ditemukan rasa nyeri, uji akan adanya nyeri lepas, tekan dalam kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul dengan melepaskan tekanan.
9.    Minta pasien mengangkat kepala dari meja periksa untuk melihat kontraksi otot-otot abdominal
a. PALPASI HATI
1.    Posisi pasien tidur terlentang
2.    Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3.    letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah torak/ dada kanan posterior pasien pada iga kesebelas dan keduabelas dan tekananlah  kearah atas.
4.    Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke kepala / superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis klavikular di bawah batas bawah hati.
5.    Kemudian tekanlah dengan lembut ke dalam dan ke atas.
6.    Minta pasien menarik napas dan cobalah meraba tepi hati saat abdomen mengempis.
b. PALPASI KANDUNG EMPEDU
1.    Posisi pasien tidur terlentang ,
2.    Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3.    letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dibawah dada kanan posterior pasien pada iga kesebelas dan keduabelas dan tekananlah  kearah atas.
4.    Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke kepala / superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis klavikular di bawah batas bawah hati.
5.    Kemudian tekan lembut ke dalam dan ke atas.
6.    Mintalah pasien menarik napas dan coba meraba tepi hati saat abdomen mengempis.
7.    Palpasi di bawah tepi hati pada sisi lateral dari otot rektus.
8.    Bila diduga ada penyakit kandung empedu, minta pasien untuk menarik napas dalam selama palpasi.
c. PALPASI LIMPA
1.    Posisi pasien tidur terlentang
2.    Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3.    Letakkan secara menyilang telapak tangan kiri pemeriksa di bawah pinggang kiri pasien dan tekanlah keatas
4.    Letakkan telapak tangan kanan dengan jari-jari ektensi diatas abdomen dibawah tepi kiri kostal.
5.    Tekanlah ujung jari kearah limpa kemudian minta pasien untuk menarik napas dalam.
6.    Palpasilah tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah kearah tangan pemeriksa
7.    Apabila dalam posisi terlentang tidak bisa diraba, maka posisi pasien berbaring miring kekanan dengan kedua tungkai bawah difleksikan.
8.    Pada keadaan tertentu diperlukan Schuffner test
d. PALPASI AORTA
1.    Posisi pasien tidur terlentang
2.    Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3.    Pergunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan.
4.    Palpasilah dengan perlahan namun dalam ke arah abdomen bagian atas tepat garis tengah.
E.  PEMERIKSAAN ASITES
1.    Posisi pasien tidur terlentang
2.    Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3.    Prosedur ini memerlukan tiga tangan
4.    Minta pasien atau asisten untuk menekan perut pasien dengan sisi ulnar tangan dan lengan atas tepat disepanjang garis tengah dengan arah vertikal.
5.    Letakkan tangan pemeriksa dikedua sisi abdomen dan ketuklah dengan tajam salah satu sisi dengan ujung- ujung jari pemeriksa .
6.    Rasakan impuls/ getaran gelombang cairan dengan ujung jari tangan yang satunya atau bisa juga menggunakan sisi ulnar dari tangan untuk merasakan getaran gelombang cairan.



SUMBER : http://agungrakhmawan.wordpress.com/2008/08/31/palpasi-abdomen-lanjutan-bag-vii/
                http://agungrakhmawan.wordpress.com/2008/08/31/bab-vi-pemeriksaan-abdomen-bag-vii/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar